
Surabaya, Hublu HIMASISKAL - Senin, 17 Oktober 2011, diadakan kuliah tamu yang lain dari biasanya. Kali ini dengan pemateri yang spesial didatangkan langsung dari Malaysia mengisi acara sebagai pembicara. Acara yang bertempat di Aula BG Munaf ini mengambil tema “Alternative Energy for Small Island” dengan pembicara Prof.Dr.H. Rosli Abu Bakar dari Faculty of Mechanical Engineering, University Malaysia Pahang. Peserta yang sebagian besar dari mahasiswa dan beberapa dosen Jurusan Teknik Sistem Perkapalan tampak antusias untuk menghadiri acara kuliah tamu ini.
Seperti yang diinformasikan, kuliah tamu ini wajib bagi mahasiswa yang sedang mengambil mata kuliah TPK 4 (Teknik Permesinan Kapal 4), TPK 1 dan Teknik Bahan Bakar. Tetapi, boleh juga bagi mahasiswa lain yang ingin mengikuti kuliah tamu ini. “Kuliah seperti ini sangat berharga untuk dilewatkan karena kapan lagi ada kesempatan berbagi ilmu dengan professional engineer dari luar negeri,” menurut beberapa mahasiswa.
Setelah acara dibuka oleh bapak Alam selaku Kajur JTSP, Prof. Rosli, pembicara dalam kuliah tamu, memulai untuk menyampaikan materi kuliahnya. Isi daripada kuliah adalah tentang energi alternatif. Beliau juga banyak menceritakan tentang penemuan alat dan proyek tentang energi alternatif yang sedang dikerjakan saat ini. Disini, beliau juga berbagi ilmu tentang pentingnya mencari, membuat, dan menggunakan alternatif energi pengganti minyak, sumber utama energi saat ini .
Saat ini minyak sebagai bahan bakar utama di hampir semua bidang sudah dianggap sebagai black gold. Karena harga minyak dunia yang relatif meningkat dari waktu ke waktu, membuat banyak orang tertarik pada sektor sumber daya alam ini. Seperti yang kita tahu, minyak adalah sumber daya alam yang tidak terbarukan dan akan habis dalam kurun waktu dekat. Banyak juga efek negatif jika kita terus menggunakan fossil fuels. Diantaranya adalah efek rumah kaca atau global warming. Gas sisa pembuangan dari bahan bakar fosil ini begitu luar biasa buruknya terhadap lingkungan dan makhluk hidup, terutama manusia.
Sayangnya, semakin bertambah cepat dan banyak minyak dieksplorasi, semakin cepat pula hutan sebagai penghasil oksigen dan pengatur keseimbangan alam kita digunduli. Ketidakseimbangan inilah yang dalam jangka panjang akan mengancam kehidupan di muka bumi ini. Untuk itulah developing alternative energy yang rendah emisi dan efisien sangat dibutuhkan.
Prof.Dr. Rosli telah menemukan suatu alat dimana alat tersebut memanfaatkan cahaya matahari sebagai sumber energi. Alat tersebut berbentuk seperti satelit parabola yang sangat besar, digunkan untuk menangkap cahaya matahari sebanyak-banyaknya. Cekungan yang berupa panel surya ini bertugas untuk menyerap dan memantulkan cahaya matahari ke sebuah mesin yang berada di pusat cekungan. Dengan menggunakan stirling machine, energi panas dari pantulan cahaya diserap untuk menggerakkan piston. Dari energi mekanik piston, diteruskan ke generator yang kemudian diubah menjadi energi listrik. Parabola digerakkan sesuai arah pergerakan dari matahari.
Latar belakang kenapa beliau menggunakan solar energy bukan hanya dari inspirasi sesaat biasa, melainkan melalui proses yang luar biasa. Karena setelah diteliti, 71% solar energy atau energi cahaya matahari diserap oleh bumi dan tentunya sebagian terbuang sia-sia. Daerah yang banyak terkena sinar matahari itu sendiri adalah daerah tropis atau daerah disekitar garis khatulistiwa. Indonesia dan Malaysia adalah salah satu daerah yang memenuhi syarat digunakannya alat ini karena berada di kawasan tropis. Untuk itu, beliau memunculkan gagasan,”Let’s harvest energy of sunlight !” Karena keuntungan dari energi ini adalah clean and no emissions. Yang lebih hebat lagi, setiap gerakan dan perpindahan matahari setiap harinya dalam satu tahun pun dihitung dengan cermat.
Segala sesuatu sudah pasti ada plus minusnya. Begitu juga dengan penemuan ini. Masalah awal untuk menciptakan alat ini adalah dari material panel surya yang bisa terhitung mahal untuk pasaran negara berkembang seperti Indonesia dan Malaysia. Belum lagi biaya untuk produksi, pengembangan dan perawatan mesin yang juga besar. Serta yang paling dirasa sulit adalah masalah legal and regulation yang mengatur tentang konversi energi dari minyak ke solar energi. Kembali kita bisa mengingat saat pemerintah Indonesia mencanangkan program konversi dari minyak tanah ke gas. Walaupun notabene kita, negara Indonesia, sebagai salah satu negara penghasil gas alam terbesar di dunia, begitu sulit dan membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk merealisasikan program tersebut. Apalagi dengan konversi ke solar cell yang kita tahu membutuhkan cost yang tidak sedikit. Berapa lama waktu yang dibutuhkan agar masyarakat sadar untuk menerima dan mendukung alternatif energi ini.
Prof. Rosli memberikan sedikit tips untuk pemerintah khususnya jika ingin memproduksi dan mengembangkan sumber energi alternatif ini. Diantaranya adalah dalam masalah SDM dan finansial. Mulai tanamkan kepada generasi muda untuk sadar akan keadaan saat ini. Perlu untuk dimasukkan dalam kurikulum tentang cinta lingkungan. "Pemerintah Malaysia sadar bahwa pendidikan sejak dini itu sangatlah penting untuk ditanamkan ke semua warga. Sampai-sampai di Malaysia ada dua kementrian yang mengatur tentang pendidikan. Jadi, tanamkan kepada generasi muda kalian tentang lingkungan. Tentunya tidak secara langsung bisa, tetapi dengan step by step.” ucap beliau. Beliau bercerita bahwa semua anggaran untuk membiayai pengembangan proyek adalah dari pajak negara. Karena menurut beliau, kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, turut memberikan konstribusi yang sangat besar demi kemajuan bangsa. Semoga semua ilmu positif yang diberikan oleh Prof.Dr.H. Rosli Abu Bakar dapat bermanfaat bagi kita, almamater dan bangsa Indonesia.